Ada 4 bocah bernama julukan Boding, lancuk, witok dan dodol (nama samaran untuk melindungi tokoh asli).
Mereka menuruni dan menjelajahi sungai yang angker, yang katanya banyak buaya putih (siluman), sambil membawa joran panjign terbuat dari bambu tipis yang diserut dibuat sendiri dan benang pancing + kail + timah, tanpa pelampung.
Saat Itu, sedang musim kemarau, air sungai agak kering terlihat batu-batu besar berlubang2 kecil dan batu kecil yang licin, air yang menjadi dangkal alias cetek berwarna kecoklatan namun bening bila di lihat dari dekat.
Di genangan2 air terlihat ikan2 tawes dan benter kadang ada ikan sapu sapu. Pancing mereka diarahkan ke air, sambil menunggu getaran getaran saat ikan tawes menyentuh kail ( terasa dredet deredett).
Bila terasa dredet2 maka langsung tarik pancingnya, berbeda dengan alat pancing di rawa harus pakai pelampung bila umpan dimakan, maka Cuma gerakan pelampung yg terlihat tapi tidak merasakan sensasi getaran ikan.
Tiba-tiba salah satu si bolang yg bernama boding berteriak "AWAS ADA BUAYA…"
"Mane mane? " teriak dodol, witok dan lancuk yang ketakutan, lari kepinggir sungai
"TUH DIE, tadi ude gue timpuk (dilempari batu) sampai hancur"
"mana?" Kata lancuk
"Tuh buaya Kuning" kata boding sambil memperlihatkan giginya yang besar-besar dan dekil.
"Sialan lu ding, itu sih tokai (kotoran manusia)"
"hahaha" dodol dan witok , mulut mereka terbuka, pamer gigi dan jigong (plak) nya, sampai terpingkal pingkal.
Setelah selesai dengan insiden buaya kuning, mereka melanjutkan perjalanan mancingnya, jalan perlahan menuju hulu, melawan arus air yg lambat,
Masih tak jauh dari kolong jembatan,
pancing mereka beraksi kembali, tangan witok bergetar terasa "dredet dret", witok mengangkat pancingnya , dan dapat ikat tawes. 'yihui Gue dapet" sambil pamer, witok meledek dodol yang berkulit putih masih belum pantas menjadi si bolang, karena pindah dari jakarta ke depok, sedangkan lancuk dan witok si bolang asli karena pindahan dari desa pedalaman di Bogor.
Para anak kota yang main di kampung pantes juga dikatai "kota-an lu", karena nggak tahu pantangan2 bertindak tanduk di alam bebas
"Dol, lu o'on, banget belum dapet juga…" witok meledek dodol.
"Diem lu tok, jangan ngomong melulu, "
Aklhirnya dodol melangkah mencari lahan baru..
Baru beberapa langkah
Seet…. Gedebuk… "aduuhhhh…"
Seolah kakinya terdorong atau mungkin terpelest licinnya lumut sungai.
Dodol jatuh pantat duluan, lalu terlentang dibatu-batu, baju dan celananya sedikit basah, sambil masih memegang pancing.. sambil muka ditekuk, jidat putih mulusnya nya berkerut
"Aduuuh kapok deh gue"
No comments:
Post a Comment