Saturday, June 14, 2008

Bagaimana Mendirikan Penerbit Buku Tanpa Modal, Tanpa Jaringan, Tanpa Pengalaman


Apr 20, '08 9:58 PM
or everyoe

Hendra Setiawan

Penulis 16 buku. 100.000 bukunya sudah terjual.

Pemilik Penerbit Jabal Bandung

Penerbit_Jabal@Yahoo.Com

http://penerbitjabal.multiply.com

Banyak orang yang bertanya kepada saya, bagaimana mendirikan penerbitan yang sukses. Saya biasanya menjawab, “ anda bertanya kepada orang yang salah. Bila anda ingin mendapat ilmu bagaimana menjadi penerbit yang sukses, tanyalah kepada pendiri Mizan, Gramedia, GIP, Grafindo atau penerbit besar lainnya “

Biasanya orang itu akan kembali menjawab, “oh kalau mereka sih punya modal besar jadi tidak heran “.

Lalu saya katakan, “ kalau anda ingin tahu bagaimana mendirikan penerbitan skala rumahan tanpa modal, tanpa jaringan, tanpa pengalaman, saya bisa menjelaskannya sedikit “.

Pada umumnya, orang yang bertanya itu adalah orang yang ingin karya tulisnya diterbitkan menjadi buku. Dia mungkin sudah menawarkan naskahnya ke berbagai penerbit tapi belum diterima. Perlu anda ketahui, menjadi penulis dan penerbit adalah dua hal yang berbeda. Ini yang sering disalahpahami.

Penulis dalam diagram Kiyosaki masuk dalam self employee, pekerja mandiri. Sedangkan penerbit masuk dalam kategori pengusaha. Penerbit adalah suatu jenis usaha. Yang diasumsikan terus ada. Sehingga tidak bisa menjadi penerbit hanya menerbitkan satu buku saja, kemudian berhenti. Karena membutuhkan waktu, energi dan biaya untuk membangun relasi dan jaringan. Anda akan rugi bila menjadi penerbit dengan tekad hanya menerbitkan satu dua buku saja setelah itu tutup. Bila hanya ingin menerbitkan satu buku saja sebaiknya anda menjadi penulis bukan penerbit.

Bila anda menjadi penulis, anda bisa hanya menawarkan tulisan anda kepada penerbit. Bila karena satu hal anda ingin berhenti menjadi penulis, itu tidak terlalu merugikan. Karena biaya menjadi penulis relatif tidak sebesar biaya yang dikeluarkan bila anda menjadi penerbit.

Lalu bagaimana mendirikan penerbitan ?

Dalam hal apapun pemasaran adalah yang utama. Pemasaran mendahului produksi. Yang saya lakukan pertama kali adalah mencari pihak yang mau memasarkan buku terbitan saya. Alhamdulilllah ada yang mau yaitu MQS. Setelah itu saya mencari pihak yang mau mencetak buku dengan pembayaran dibelakang setelah buku laku. Semua percetakan yang saya hubungi maunya bayar dimuka atau bayar setelah buku jadi. Saya tidak punya uang, jadi saya tidak bisa bayar dimuka. Alhamdulillah ada yang mau bayar dibelakang, yaitu percetakan Alia Grafika. Kemudian saya mencari orang yang mau melayout isi dan mendesain cover buku dengan pembayaran dibelakang, setelah buku laku. Sebagian besar yang saya temui tidak mau, maunya dibayar setelah desain selesai. Alhamdulillah ada yang mau, yaitu Bapak Agus Anwar.

Nah setelah itu barulah saya mencari naskah. Karena saya tidak mempunyai sumber naskah dan pengetahuan saya mengenai hal ini sangat jelek maka saya tidak tahu dimana mendapatkan naskah buku. Sebenarnya hal yang paling utama adalah karena saya tidak punya uang. Bila saya punya uang tentu mudah saja mendapat naskah dari penulis terkenal.

Ada beberapa orang yang menawarkan naskah. Namun isinya biasa-biasa saja. Penulisnya pun orang yang baru menulis. Jadi kalau saya menerbitkan tulisannya, sama saja saya mendongkrak namanya. Lebih baik nama saya saja yang terdongkrak. Saya pikir kalau cuma tulisan biasa saja saya juga bisa. Karena itu saya coba menulis. Ya lumayan. Seminggu jadi. Kemudian tindakan saya adalah :

  1. Naskah itu saya beri ke layouter. Seminggu selesai
  2. kemudian diserahkan ke percetakan (dicetak 1500 buku). Mungkin karena bayar belakangan jadinya agak lama. sebulan
  3. setelah selesai langsung di kirim ke MQS untuk dijual

Alhamdulillah hasilnya lumayan bagus. Sebulan pertama laku 500 buku, bulan kedua laku seribu buku. Apakah langsung dapat kapan ? sayangnya tidak.

Lalu kapan dapat uangnya?

Lalu selanjutnya bagaimana ?

Karena takut kepanjangan, cerita ini saya sambung minggu depan. Insya Allah

No comments: