Tuesday, July 8, 2008

Ikh n Akh saling Sms dan Telpon

Selasa, 8 Jul 08 05:39 WIB

Assalamualaikum. Wr Wb
Ustaz, Saya seorang Mahasiswa yang aktif sebagai aktivis dakwah kampus dan sekarang udah semester akhir,

Dalam beberapa hari ini saya berkenalan dengan seorang wanita dalam dunia internet yang menurut saya, sangat bagus akhlaknya dan agamanya

Walau dia belum ngaji.

Terkadang kami SMS dan telpon dan juga saling mengingatkan tok selalu menjaga sholat dan Tilawah Qur;an,

Bahkan, sekarang kami saling mendo'akan untuk Menikah, walau jodoh itu Allah Swt yang mengatur,

Bagaimana ustaz sikap terbaik yang harus saya lakukan?

Dan bagaimana menjaga diri saya agar selalu di dalam koridor Islam yang benar?

Zajakulloh khoir

Rilzid
Jawaban

Wa'alaikum salam wr wb.

Saudara Rilzid yang kami hormati, Islam tidak menghalangi seseorang lawan jenis untuk saling kenal mengenal, Namun tentunya ada aturan-aturan yang dibuat agar perkenalan tersebut terjaga kemurniaannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan tidak melanggar seusai tuntunan agama yang hanif untuk kemaslahatan semua pihak.

Ketika kita bermain di dunia maya ada beberapa hal yang kiranya perlu kita waspadai dikarenakan kita berada dalam alam yang penuh dengan "kira-kira", "khayal" dan selalu mengandung unsur subyektifitas (apa yang terbayang oleh kita belum tentu sama dengan kenyataannya). Benarkah khayalan Anda bahwa ia bagus akhlaq dan agamanya dari apa yang anda dapatkan dari dunia maya ini? Apakah hanya dari perkataan dan tanpa Anda bertatap muka sudah bisa menilai seperti itu?

Hindari "khayalan terlalu jauh." Saat ruang khayal terbuka lebar dengan bumbu-bumbu manis selalu menyertai. Tergoda syahwat untuk memikirkan dan berangan-angan lebih dari waktu ke waktu. Ketika pintu pertemanan lawan jenis terbuka dan mendapat respon yang baik, keinginan kuat untuk lebih masuk dan melewati pintu tersebut mendorong setiap kali ada kesempatan untuk "bertemu." Maka meminta no telepon, alamat rumah, foto hingga ingin mengetahui tanggal lahirnya biasanya menjadi ekor yang akan membuntutinya,

Di mana hati? Kembali untuk kejujuran diri. Apakah ada keikhlasan untuk saling mendoa'akan, mengingatkan untuk menjaga sholat, dan tilawah qur'an bagi dia semata-mata dari hati yang tulus dan tanpa pamrih? Dan benarkah tidak ada nafsu (syahwat) di dalam diri ini yang mendorong Anda untuk menelepon, ber sms, chatting dan sebagainya? Bagaimana perasaan Anda bila seharian tidak menelepon, bersms dan berchatting dengannya? Dan juga apakah perbuatan yang mulia ini (mendoa'akan, mengingatkan untuk menjaga sholat, dan tilawah qur'an) juga Anda lakukan untuk teman-teman Anda yang lainnya.

Berpulang kepada diri Anda sendiri. Buatlah batasan-batasan diri untuk memurnikan kembali pertemanan Anda. Jangan melebihkan dalam berteman. Tidak menjadikan teman yang satu (dikarenakan lawan jenis, apalagi "maaf" cantik) lebih dispesialkan dibandingkan lainnya. Jadikan ia sama seperti teman Anda yang lainnya. Berikan keperluannya sebagaimana teman Anda yang lain.

Ketika Anda harus berhubungan dengannya, haruslah mempunyai keperluan yang jelas. Mengandung manfaat yang benar-benar penting dan berguna bukan mengada-ada hanya untuk hal-hal yang tidak jelas dan tidak ada faedahnya sama sekali.

Mulailah untuk merenung di atas kejujuran dan bertanya pada hati dengan sepenuhnya. Apakah hubungan ini murni bertemanan dan tidak ada syahwat hati yang yang mengiringi. Apakah saya masih dalam koridor yang diajarkan Islam ataukah sudah "nyerempet-nyerempet" bahkan sudah keluar dari rel yang sudah ditentukan?

Andalah yang dapat menjawabnya..

Semoga bermanfaat

No comments: