Pak Ustad, saya telah melakukan zina lebih dari 5 pria. Saya menyesal sekali. Apakah ada pintu ampunan untuk saya Pak? Saya ingin bertobat tapi tidak tau harus mulai dari mana
EM
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Segala bentuk dosa dari yang paling kecil sampai yang paling besar pasti akan diampuni oleh Allah SWT. Karena Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Memberi ampunan kepada semua hamba-Nya, asalkan hamba itu mau minta ampun. Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW:
Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang-orang yang melakukan kesalahan di siang hari. Dan Allah membentangkan Tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang-orang yang melakukan kesalahan pada malam hari” (HR Muslim).
Termasuk dosa zina yang termasuk ke dalam kategori dosa besar, pasti Allah SWT ampuni. Dan kisah wanita yang berzina lalu minta ampun, pernah terjadi di masa Rasulullah SAW hidup, 14 abad yang lampau.
Menyesal atas perbuatan binatangnya, wanita itu minta ampundengan sebenar-benar permintaan ampun. Lalu Allah SWT menerimapermintaan ampunnya. Maka wanita itu malah masuk surga. Bahkan jenazahnya dihormati oleh Rasulullah SAW dan dipuji, serta dikatakan bila ampunan untuknya masih dibagikan lagi kepada orang lain, maka orang lain pun akan ikut mendapat ampunan.
Lengkapnya kisah itu ada di dalam hadits berikut ini, silahkan simak baik-baik:
عن عبد الله بن بريدة عن أبيه قال كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم فجاءته امرأة من غامد فقالت يا نبي الله إني قد زنيت وأنا أريد أن تطهرني فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم أرجعي فلما أن كان من الغد أتته أيضا فاعترفت عنده بالزنا فقالت يا رسول الله إني قد زنيت وأنا أريد أن تطهرني فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم ارجعي فلما أن كان من الغد أتته أيضا فاعترفت عنده بالزنا فقالت يا نبي الله طهرني فلعلك أن تردني كما رددت ماعز بن مالك فوالله إني لحبلى فقال لها النبي صلى الله عليه وسلم ارجعي حتى تلدي فلما ولدت جاءت بالصبي تحمله فقالت يا نبي الله هذا قد ولدت قال فاذهبي فأرضعيه حتى تفطميه فلما فطمته جاءت بالصبي في يده كسرة خبز قالت يا نبي الله هذا قد فطمته فأمر النبي صلى الله عليه وسلم بالصبي فدفعه إلى رجل من المسلمين وأمر بها فحفر لها حفرة فجعلت فيها إلى صدرها ثم أمر الناس أن يرجموها فأقبل خالد بن الوليد بحجر فرمى رأسها فنضح الدم على وجنة خالد فسبها فسمع النبي صلى الله عليه وسلم سبه إياها فقال مهلا يا خالد بن الوليد لا تسبها فوالذي نفسي بيده لقد تابت توبة لو تأبها صاحب مكس لغفر له فأمر بها فصلى عليها ودفنت
Dari Abdullah ibnu Buraidah dari ayahnya berkata, "Aku pernah duduk di sisi nabi SAW, lalu seorang wanita dari Ghamid datang menemui Rasulullah dan berkata, "Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)." NamunRasulullah berkata kepadanya, "Pulanglah." Maka wanita itu pun pulang.
Keesokan harinya, wanitai tu datang kembali kepada Rasulullah dan kembali membuat pengakuan zina. Dia berkata, "Nabiyallah, sesunguhnya aku telah berzina, dan aku ingin Anda mensucikan diriku (merajam)." NamunRasulullah berkata kepadanya, "Pulanglah." Maka wanita itu pun pulang.
"Ya Nabiyallah, rajamlah diriku. Apakah Anda menolakku sebagaimana menolak pengakuan Ma'iz bin Malik? Demi Allah, saat ini aku sedang hamil."
Rasulullah mengatakan, "Pulanglah, sampai kamu melahirkan anakmu"
Seusai melahirkan, wanita itu kembali menghadap Rasulullah sambil menggendong bayinya itu seraya melapor, "Inilah bayi yang telah aku lahirkan."
Beliau bersabda, "Pergilah, dan susuilah bayi ini hingga disapih."
Setelah disapih, wanita tersebut kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya yang di tangannya memegang sekerat roti. wanita itu berkata, "Ya nabiyallah, aku telah menyapihnya."
Akhirnya, Rasululah pun mempercayai pengakuan wanita itu, lalu menyerahkan anak itu kepada seorang pria dari kalangan ummat Islam, dan kemudian beliau memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada, lalu memerintahkan orang-orang untuk merajam wanita tersebut.
Saat itu Khalid bin Walid membawa batu di tangannya lantas melemparkannya ke arah kepala wanita itu hingga darahnya memuncrat mengenai wajah Khalid. Khalid pun memaki wanita itu. Akan tetapi RasuluLlah mengatakan,
"Sabar wahai Khalid! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh dia telah bertaubat dengan taubat yang seandainya dilakukan oleh seorang pemungut cukai (pajak), niscaya ia akan diampuni."
Maka Rasulullah SAW memerintakan untuk memandikan jenazahnya, dan menshalatkan dan menguburkannya. (HR Ahmad dalam musnad Ahmad jilid 5 halaman 348 hadits nomor 22999).
Dan dalam riwayat yang lain, ketika Rasulullah menshalatkan wanita Al-Ghamidziyah ini, Ummar bin Khathab terheran,
"Engkau menshalatinya, wahai RasuluLlah? Padahal ia telah berzina." RasuluLlah menjawab, "Dia telah bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, niscaya mencukupinya. Apakah engkau menemukan taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya kepada Allah?" (HR Muslim, XI/347)
Syarat Taubat
Penting untuk diperhatikan bahwa dosa besartidak bisa gugur dan diampuni begitu saja hanya dengan beristighfar, namun harus lewat taubat. Sedangkan syarat taubat adalah:
1. Meninggalkan dosa tersebut.
Sebelum taubat dilakukan, seorang yang berdosa harus berhenti dulu dari melakukan dosa-dosanya. Sebagaimana Ibnul-Qoyyim katakan: ”Taubat mustahil terjadi, sementara dosa tetap dilakukan”.
2. Menyesal atas perbuatannya
Bukan cuma berhenti dari dosa, tetapi harus muncul sebuah perasaan sesal di dalam hati yang paling dalam atas dosa itu. Rasulullah bersabda: ”Menyesal adalah taubat”.
3. Berazzam untuk tidak mengulangi lagi.
Ibnu Mas’ud berkata: ”Taubat yang benar adalah: Taubat dari kesalahan yang tidak akan diulangi kembali, bagaikan mustahilnya air susu kembali pada kantong susunya lagi.”
4. Ikhlash.
Ibnu hajar berkata: “Taubat tidak sah kecuali dengan ikhlash”. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya” (QS. At Tahrim [66]: 8 ).
Yang dimaksud taubat yang murni adalah taubat yang ikhlash.
5. Dilakukan pada masa diterima-nya taubat, yaitu sebelum saat sakarotul maut (kematian) dan sebelum matahari terbit dari barat atauqiamat terjadi.
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang” (QS. An-Nisaa [4]: 18).
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum dalam sakarotul-maut” (HR Tirmidzi).
Barang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, Allah akan menerima taubatnya” (HR Muslim).
Apakah Harus Minta Dirajam?
Benar, seorang yang telah bertaubat kepada Allah SWT, maka dia harus merelakan dirinya untuk dihukum sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Bila si pelaku zina sudah pernah menikah sebelumnya, maka hukumannya adalah hukuman rajam. Bentuknya seperti yang disebutkandalam hadits di atas, dilempari batu hinggamati.
Sedangkan bila si pelaku zina belum pernah menikah sebelumnya, maka hukumannya lebih ringan, yaitu dicambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS. An-Nuur: 2)
Di Indonesia Tidak Ada Hukum Rajam
Bila di negeri kita tidak ada hukum rajam, maka tidak perlu dilakukan secara pribadi. Sebab hukum rajam hanya boleh dilakukan bilamana suatu negara secar resmi membelakukannya. Hanya dalam kapasitas negara saja hukum rajam ini boleh dilakukan.
Kewajibannya ada di pundak kepala negara dan orang-orang yang duduk di dalam struktur pemerintahan, termasuk anggota DPR yang kerjanya membuat hukum dan undang-undang.
Sedangkan institusi swasta, ormas, gerakan agama, yayasan, apalagi sosok ustadz yang bersifat individu, sama sekali tidak punya hak apalagi wewenang untuk menjalankan hukum rajam.
Maka bagi seorang yang berzina sementara di negaranya tidak berlaku hukum rajam, cukuplah bertubat. Namun dirinya harus siap bila suatu ketika berlaku hukum rajam.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc